Aksi berdarah kembali terjadi di sepakbola Indonesia. Setelah Iqbal jadi korban tewas di laga PSIM vs PSS Sleman, terjadi lagi korban tak bersalah akibat konflik antar suporter.
Seperti dikutip dari viva.co.id (28/07/18) seorang warga Pulogadung, Jakarta Timur, Komar berusia 19 tahun jadi korban dari aksi sweeping oknum Jakmania yang mencari bobotoh, kelompok pendukung Persib Bandung.
"Kejadiannya tadi pagi. Korban luka pada bagian wajah memar dan luka di kepala akibat dipukul oleh simpatisan Jakmania," kata Kapolres Jakarta Pusat Kombes Roma Hutajulu.
Kejadian berlangsung di perlintasan kereta api Stasiun Senen, Jakarta Pusat. Kejadian yang berlangsung Sabtu dini hari tadi ini segera ditangani oleh Kepolisian Sektor Senen yang tengah melakukan pengaman di wilayah tersebut.
Menurut Roma Hutajulu, para pelaku yang berada di tempat kejadian langsung melarikan diri begit petugas kepolisian datang. Korban sendiri kabarnya sudah berada di Rumah Sakit Cipto Mangukusumo (RSCM) untuk di lakukan perawatan.
Padahal setahun lalu, usai korban Ricko tewas di laga Persib vs Persija pada 22 Juli 2017 lalu, sejumlah orang yang sadar bahwa persaingan suporter di Indonesia sudah di tahap yang cukup mengkhawatirkan mencoba untuk menggagas adanya virus perdamaian antara suporter.
Hal itu mengudang respon positif dari banyak kalangan. Sejumlah petinggi suporter sepakbola yang awalnya memang saling gontok-gontokan mulai membuka komunikasi. Publik tentu ingat bagaimana ketum Jakmania, Ferry Indrasjarief atau yang akrab disapa Bung Ferry datang ke Bandung untuk bertemu para petinggi Bobotoh seperti Yana Umar.
Pertemuan kedua petinggi suporter ini menghasilkan kesepakatan tak tertulis soal bagaimana konflik menahun ini coba diselesaikan utamanya dari basis suporter yang berada di daerah perbatasan. Rasa permusuhan antara suporter juga dioptimalkan sejumlah akun sosmed yang mulai mengkampanyekan hal positif antar suporter.
Sayangnya hal itu tak berlangsung lama. Seperti yang pernah diungkap oleh banyak pihak bahwa mendamaikan suporter di tataran elit mungkin lebih mudah namun jika sudah bicara akar rumput, proses panjang dan berliku harus dihadapi.