Dulu memang untuk ikut menyambut bukan Ramadhan serta menggelar buka puasa bersama teah menjadi kebiasaan dari Gedung Putih. Namun selama masa pemerintahan Donald Trump ini, kebiasaan baik tersebut terlihat berubah.
Dilansir dari tribunnews.com (18/5/2018), Saat Ramadhan tahun lalu, Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih ternyata menolak tradisi buka puasa bersama. Gedung putih kini telah merilis pernyataan yang nadanya sangat berbeda.
Dilansir dari wahsington post, pernyataan tersebut isinya adalah bahwa libur puasa dilakukan selama sebulan ini dimulai pada minggu ini. Gedung putih menjelaskan bahwa keberadaan umat muslim dapat menambah permadani kehidupan agama Amerika. Oleh karena itu, libur akan dimulai dalam minggu ini, itulah isi pesannya.
Bersama dengan Departemen Luar Negeri, gedung putih juga akan menyatakan bisa menjadi tuan rumah iftar, Ujar Mahmood. Ia juga menambahkan bahwa pemerintah sudah mengabulkan salah satu permintaan umat muslim di Amerika.
Hingga saat ini masih belum ada update terbaru terkait pesan tersebut. Hubungan sebagian besar muslim Amerika dan Donald Trump sudah memburuk sejak masa pencalonannya tersebut.
Dulu Trump sudah mengusulkan akan melarang keberadaan umat muslim di Amerika sebagai tindakan pencegahan terhadap terorisme.
Dalam tahun 2016, ia mulai memberi perintah untuk mengintai masjid. Pada pemungutan suara dulu, mayoritas orang Amerika itu telah berpikir bahwa kebijakan Trump tersebut sudah merugikan umat islam.